Mitigasi Bencana Gunungapi Lewat Sains Lintas Budaya dan Negara
Sebagai bentuk Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas MIPA UGM berkolaborasi dengan MFRI (Mount Fuji Research Institute), NPO Volcano Tokyo, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, dan BPBD Karangasem dalam Proyek Astungkara Giri Agung Aman (AGAA). Proyek AGAA ini mendapatkan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam skema proyek akar rumput (grass root project) dan akan berlangsung hingga awal 2025 dengan pendanaan sebesar 54 juta Yen.
Sebagai penanda berakhirnya kegiatan proyek AGAA tahun ke-1, pada 11 Februari 2023 dilaksanakan Workshop dan Diskusi yang bertempat di Kantor Perbekel Besakih. Acara ini dihadiri oleh masyarakat sekitar lereng Gunung Agung yang tergabung dalam Forum Pasebaya Jagabaya Gunung Agung, BPBD Karangasem, Tagana, ORARI, RAPI, serta perwakilan guru dan komite sekolah dasar di Desa Besakih dan Sebudi.
Dr. Wiwit Suryanto, ahli geofisika sekaligus dosen di Fakultas MIPA UGM menjadi salah satu narasumber dalam diskusi “Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Gunung Agung”, bersama Kalaksa BPBD Karangasem Bapak Ida Bagus Ketut Arimbawa, FPRB Karangasem Bapak Wayan Pika Wiadnya, peneliti senior MFRI Dr. Mitsuhiro Yoshimoto, perwakilan Kota Fujiyoshida Mr. Takuma Kuwabara, dan perwakilan Kota Kawaguchiko Mr. Keigo Fujimaki. Diskusi ini dipandu oleh Dr. Ade Anggraini dosen Fakultas MIPA UGM dan Wakil Dekan Fakultas Pariwisata UNUD, Dr. I Nyoman Sukma Arida, M.Si.
Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi dua jenis alat peraga mitigasi bencana gunungapi. Alat peraga pertama berupa model topografi 3D Gunung Agung. Melalui alat ini, audiens dapat mengetahui kecenderungan arah sebaran dan kecepatan aliran material erupsi menggunakan cairan kental yang diibaratkan sebagai lava ataupun lahar.
Alat kedua berupa akuarium pipih untuk demonstrasi terjadinya erupsi. Perbedaan warna air dalam akuarium dan massa jenis cairan yang dimasukkan melalui selang dapat menampilkan dua erupsi yang berbeda. Jika cairan lebih ringan dari air, maka material akan membumbung ke atas, menyerupai erupsi eksplosif. Selanjutnya, apabila cairan diberi bubuk maka massa jenisnya akan meningkat. Material akan turun menuju dasar akuarium, menyerupai erupsi efusif. Audiens begitu antusias mengikuti penjelasan dari Dr. Ade Anggraini dan Ms. Nobuko Fujiwara (MFRI) pada saat mempraktikkan alat peraga.
Melalui Proyek AGAA, rangkaian kegiatan berupa diskusi, presentasi, dan demonstrasi alat peraga dapat menambah pemahaman dan kewaspadaan audiens terhadap bencana gunungapi. Diharapkan pula adanya ‘getok tular’ dari para guru ke murid, serta pemangku adat ke masyarakat mengenai edukasi gunungapi dan potensi bencananya.