Mas Galih Aji, alumni Geofisika 2004 mengajak sivitas Geofisika UGM melek finansial untuk memutus rantai sandwich generation di acara Tenguk-Tenguk Crito (Teng-Teng Crit) besutan Ikatan Alumni Geofisika UGM pada Rabu (21/02) di Geolounge Geofisika UGM.
Sejumlah mahasiswa aktif dan alumni Geofisika UGM hadir meramaikan Geolounge dan menyimak paparan Mas Galih tentang pentingnya mengelola keuangan pribadi atau personal finance.
“Saya ingin bisa menggunakan uang dengan lebih bijak, tidak boros, dan tidak terlena dengan hal-hal yang konsumtif.” ujar Bintang, mahasiswa Geofisika angkatan 2023 saat ditanya soal harapan mengikuti acara ini oleh Pamungkas Yuliantoro sebagai Ketua IAGF sekaligus moderator.
Lain halnya bagi Qikha (Geofisika 2021) yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang macam-macam sumber penghasilan melalui kegiatan ini.
Dijelaskan oleh Mas Galih, syarat utama mengelola keuangan yaitu pemasukan harus lebih besar daripada pengeluaran. “Caranya, kita bisa memilih antara memperbesar pemasukan atau mengecilkan pengeluaran.”
Mas Galih juga menyampaikan pentingnya memiliki dana darurat minimal 3 kali pendapatan bulanan. “Jika hal itu (dana darurat) sudah terpenuhi, baru kita bicara soal investasi yang cocok.” lanjutnya.
Mengelola alokasi finansial tak hanya terbatas untuk orang yang sudah bekerja. Mahasiswa juga perlu belajar mengatur keuangan pribadi di tengah maraknya fenomena latte factor di kalangan kaum muda. Istilah ini mengacu pada pengeluaran kecil namun rutin yang ternyata bernilai besar jika diakumulasikan, ibarat pergi ke kafe dan membeli segelas kopi setiap hari. Padahal dana tersebut dapat berkembang jika diinvestasikan dengan benar.
Melek finansial adalah kemampuan dasar seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, terutama memutus rantai sandwich generation yang memiliki tanggung jawab finansial untuk generasi di atas dan bawahnya. Hal ini turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Poin 1 (Tanpa Kemiskinan).
Selain itu, aktif dalam kegiatan investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan Poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), sehingga berdampak positif dalam pemerataan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, tujuan Poin 10 (Berkurangnya Kesenjangan) dapat terwujud.
Penulis : Dr.rer.nat. Ade Anggraini, M.T.
Foto : Shofi Rahmadini K.