Bayat, Klaten, kembali menjadi laboratorium alam bagi mahasiswa geofisika UGM angkatan 2023 pada 20-23 Januari 2025. Dalam Kuliah Lapangan Geologi (KLG) ini, sebanyak 66 peserta belajar langsung di bawah bimbingan dosen-dosen berpengalaman, termasuk Drs. Imam Suyanto, M.Si., Dr.rer.nat. Mochamad Nukman, S.T., M.Sc., serta 10 dosen geologi lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga didukung oleh 10 asisten yang membantu mahasiswa dalam memahami konsep dan praktik di lapangan. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini memberikan pengalaman mendalam tentang berbagai aspek geologi praktis.
Kegiatan lapangan diawali dengan field trip bersama dosen geologi pada hari pertama, di mana mahasiswa diperkenalkan dengan kondisi geologi Bayat dan singkapan batuan di lokasi tersebut. Hari kedua dan ketiga, mahasiswa melakukan pemetaan geologi secara mandiri, mengidentifikasi batuan, mengukur struktur geologi, dan menyusun peta lintasan. Hari terakhir digunakan untuk checking hasil pemetaan oleh dosen, memastikan data yang diperoleh mahasiswa sudah sesuai dengan prinsip geologi yang benar.
Dr.rer.nat. Mochamad Nukman, S.T., M.Sc. menegaskan bahwa KLG bukan hanya eksplorasi lapangan, tetapi juga menjadi ajang penting dalam memperkuat dasar-dasar geologi yang telah dipelajari di kelas maupun melalui field trip. “Selama bertahun-tahun, KLG selalu menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk memperdalam pemahaman mereka tentang geologi, tidak hanya dalam dua tahun terakhir. Mahasiswa diharapkan lebih fokus karena mereka menginap di camp dan belajar secara intensif selama sehari semalam. Selama kegiatan ini, mereka mempraktikkan berbagai aspek geologi lapangan, seperti pemetaan geologi dasar, deskripsi petrologi, serta pengukuran struktur geologi yang kemudian dituangkan dalam peta geologi, sayatan geologi, dan stratigrafi,” jelasnya.
Setiap tahun, pembimbing selalu memperkenalkan metode dan konsep pembelajaran baru agar mahasiswa mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang geologi. Pada KLG tahun ini, mahasiswa juga diberikan pemahaman tentang parameter geofisika dalam interpretasi geologi, salah satunya adalah interpretasi paleomagnetisme. Salah satu singkapan terkenal yang dikunjungi adalah batu Numulites di Watu Prahu, yang menyimpan jejak penelitian paleomagnetisme oleh salah satu pendiri geofisika, Pak Mahfi. “Di lokasi ini, masih terlihat bekas core pengambilan sampel yang digunakan untuk penelitian paleomagnetisme. Melalui penjelasan di lapangan, mahasiswa memahami bahwa batuan di Watu Prahu dulunya berada di 20° LS, namun akibat pergerakan lempeng selama 45 juta tahun, kini lokasinya telah bergeser ke 7° LS, menempuh perjalanan sejauh 2.000 km,” tambah Dr.rer.nat. Mochamad Nukman, S.T., M.Sc.
Bagi mahasiswa, pengalaman ini bukan hanya tentang teori, tetapi juga tantangan fisik di lapangan. Raditya Candra, salah satu peserta, mengungkapkan kesannya mengikuti kuliah lapangan pertamanya. “Pengalaman kuliah lapangan pertama ini benar-benar menyenangkan. Akhirnya bisa terjun langsung ke lapangan setelah sekian lama hanya belajar teori di kelas. Kuliah lapangan yang sudah ditunggu-tunggu sejak semester satu, tapi ternyata juga cukup melelahkan. Hampir setiap hari hujan, jalanan jadi becek, dan medannya menantang, naik turun bukit, bahkan ada jalur yang langsung berbatasan dengan tebing. Tapi di balik itu semua, ilmu yang didapat luar biasa banyak. Dosen-dosen yang expert di bidangnya memberikan banyak wawasan baru, dan ternyata apa yang dipelajari di kelas dan di lapangan itu benar-benar berbeda. Mengidentifikasi batuan secara langsung jauh lebih sulit dari yang dibayangkan. Meski capek, pengalaman ini tetap seru dan sangat berharga,” ungkapnya.
Kuliah lapangan ini tidak hanya berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kegiatan ini berkaitan dengan SDGs poin 4 (Pendidikan Berkualitas) karena memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan yang meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu geologi.
Foto: Angkatan 2023
Penulis: Oktavylla Nanda