Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana di kawasan lereng gunung berapi di Indonesia, Program Studi Geofisika FMIPA UGM bekerja sama dengan Fakultas Pariwisata serta Fakultas Teknik Universitas Udayana (UNUD), bersama dengan Mount Fuji Research Institute (MFRI), menyelenggarakan lokakarya dan focus group discussion (FGD). Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda unggulan tahunan dalam Proyek AGAA, sebuah inisiatif yang bertujuan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman bencana.
Lokakarya dan FGD tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 25 Februari 2024, bertempat di Kantor Perbekel Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. Acara ini menjadi ajang diskusi penting bagi berbagai pemangku kepentingan dalam bidang mitigasi bencana.
Partisipasi Berbagai Pemangku KepentinganKegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki peran krusial dalam penanggulangan bencana, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), serta para aktivis kebencanaan yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali. Selain itu, kehadiran kepala sekolah dari berbagai sekolah dasar negeri di Kabupaten Karangasem menegaskan pentingnya peran pendidikan dalam meningkatkan kesadaran akan risiko bencana sejak dini.
Proyek AGAA: Membangun Ketahanan Masyarakat Lereng Gunung Api
Proyek AGAA, yang menjadi payung bagi kegiatan ini, didanai oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui skema proyek akar rumput (Grassroot). Dengan menempatkan perguruan tinggi sebagai agen pemberdayaan, proyek ini berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat agar lebih siap menghadapi ancaman bencana, khususnya erupsi gunung api. Proyek ini merupakan kelanjutan dari Proyek Merapi Gadjah Mada Fuji (MGF) yang berlangsung pada 2017 hingga 2020 dan berfokus pada edukasi bagi anak-anak sekolah serta guru di lereng Gunung Merapi mengenai mitigasi bencana berbasis ilmiah.
Kegiatan FGD ini dimoderatori oleh Dr. I Nyoman Sukma dari Fakultas Pariwisata UNUD dan Dr. Ade Anggraini dari Geofisika FMIPA UGM. Diskusi ini menghadirkan beberapa panelis, antara lain Prof. Fujii dan Dr. Yoshimoto sebagai perwakilan dari MFRI, Dr. Wiwit Suryanto dari Geofisika UGM, Prof. Sutarja dari UNUD, Ida Ketut Arimbawa selaku Kalak BPBD Karangasem, I Putu Suta Wijaya selaku Ketua FPRB Bali, serta I Gede Pawana sebagai Ketua Pasebaya Agung dan Perbekel Duda Timur.
Dr. Wiwit Suryanto, selaku kepala Proyek AGAA sekaligus dosen Geofisika FMIPA UGM, menyampaikan, “Setelah terlaksananya proyek AGAA selama 2,5 tahun, harapannya program ini dapat menjadi wadah yang berkelanjutan untuk strategi mitigasi bencana, khususnya erupsi gunung berapi.”
Tahun 2024 menandai tahun ketiga sekaligus tahun penutupan Proyek AGAA. Oleh karena itu, lokakarya dan FGD kali ini menjadi momentum penting dalam merefleksikan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan proyek. Selain sesi diskusi, pendekatan edukatif juga menjadi salah satu fokus utama dalam kegiatan ini.
Demonstrasi Eksperimen: Edukasi Tentang Mekanisme Letusan Gunung Api
Sebagai bagian dari program ini, berbagai pendekatan diterapkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana, salah satunya melalui demonstrasi eksperimen mekanisme letusan gunung api. Eksperimen ini dipandu oleh tim dari Mount Fuji Research Institute (MFRI) Jepang dan diperagakan oleh para pemangku kepentingan yang hadir dalam acara tersebut.
Untuk memastikan edukasi ini terus berlanjut, alat peraga yang digunakan dalam eksperimen juga didistribusikan kepada Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Karangasem. Media pembelajaran ini dirancang agar masyarakat dapat memahami proses erupsi gunung berapi dengan cara yang sederhana, tetapi tetap berbasis pada prinsip ilmiah.
Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan edukasi tentang mitigasi bencana di Karangasem dapat terus berjalan meskipun Proyek AGAA akan segera berakhir. Upaya ini juga sejalan dengan implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin 4 (Pendidikan Berkualitas), 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Harapan Ke Depan
Melalui kolaborasi ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memiliki pemahaman mendalam tentang kesiapsiagaan bencana, pengurangan risiko, serta langkah-langkah pencegahan dan mitigasi erupsi gunung api. Lebih dari sekadar kegiatan akademis, lokakarya ini menjadi wadah nyata bagi akademisi, praktisi, dan masyarakat untuk bersama-sama membangun sistem mitigasi bencana yang lebih tangguh.
Dengan berakhirnya Proyek AGAA, semangat kolaborasi ini diharapkan tetap berlanjut dan menjadi inspirasi bagi proyek-proyek mitigasi bencana lainnya di Indonesia.
#GeofisikaUGM #JICA #Grassroot #KolaborasiInternasional #MitigasiBencana
Penulis: Septrilia Restu
Foto: Septrilia Restu